Selasa, 19 April 2016

PENYAKIT VON WILLEBRAND

TUGAS
TINJAUN PUSTAKA
Penyakit Von Willenbrand




Oleh:
Erly Tibyan Wahyuly
H1A014022


Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat
Blok XI Hematopoetik dan Limforetikuler
April 2016



KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelasikan tugas tinjaun pustaka dengan judul Penyakit Von Willebrand ini dengan tepat waktu dan sesuai petunjuk pengerjaan tugas. Terimakasih penulis haturkan kepada ibu, bapak, dan teman-teman yang selalu menyemangati dan memfasilitasi, serta koordinator blok XI dr. Mohammad Rizky, M.Pd.Ked., Sp.PK yang selalu ikhlas memberikan dukungan dan pengarahan dalam pelaksanaan pembuatan tugas ini.
Tinjauan pustaka ini terdiri dari pendahuluan, definisi dan etiologi, epidemiologi, klasifikasi dan patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan, dan penutup berupa kesimpulan mengenai penyakit von Willenbrand. Penulis berharap semoga tinjauan pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa kedokteran untuk memahami materi terkait. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk pembuatan tinjauan pustaka selanjutnya


Mataram,   15 April 2016

  Penyusun
(Erly Tibyann Wahyuly)





                                                                                                                                               
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI
.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

BAB II ISI
2.1 Definisi dan Etiologi.............................................................................................. 2
2.2 Epidemiologi.......................................................................................................... 2
2.3 Klasifikasi dan Patogenesis.................................................................................... 3
2.4 Diagnosis................................................................................................................ 5
2.5 Penatalaksanaan..................................................................................................... 10

BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 13

I. PENDAHULUAN

Sistem hemostasis adalah sistem yang berfungsi untuk mempertahankan darah di dalam tubuh tetap cair sehingga dapat mengalir dengan baik di dalam tubuh. Sistem ini bertanggung jawab untuk menjaga tubuh dari kejadian perdarahan atau trombosis yang berlebihan[1]. Proses ini terdiri dari dua tahapan yaitu hemostasis primer yang diperankan oleh vaskular dan trombosit dan hemostasis sekunder yang diperankan oleh sistem koagulasi dan fibrinolisis dimana gangguan pada salah satu komponen yang berperan dalam proses ini akan megakibatkan ketidakseimbangan pada proses perdarahan dan trombosis[2].
Kelainan-kelainan pada sistem ini dapat terjadi sebagai kelainan didapat maupun kelainan  herediter. Bersama dengan penyakit hemofilia A, penyakit von Willebrand merupakan kelainan herediter yang paling sering dijumpai[3] dimana terjadi pada 1% dari populasi[4].
Penyakit von Willebrand adalah keadaan klinis yang diakibatkan oleh kekurangan faktor von Willebrand yang ditemukan pertama kali oleh Erick A Von Willebrand pada tahun 1926. Faktor von Willebrand adalah suatu glikoprotein multimer yang disintesis oleh sel megakariosit dan sel endotel. Faktor ini sangat berperan dalam proses pembekuan darah baik dalam hemostasis primer maupun sekunder[5]. Dalam hemostasis primer, faktor ini  berperan sebagai  jalan trombosit untuk melekat pada subendotel pembuluh darah. Sementara dalam hemostasis sekunder, faktor ini berperan sebagai pembawa faktor VIII aktif dan mencegah degradasi akibat proteolitik yang ada di plasma. Oleh karena itu, defisiensi dari faktor ini mengakibatkan gangguan pada proses pembekuan darah. Dalam hal ini, waktu pembekuan darah akan memanjang dan mengakibatkan perdarahan yang berlebihan[6].



II. ISI

2.1         Definisi dan Etiologi
Penyakit von Willebrand adalah penyakit  yang diakibatkan oleh defisiensi faktor von Willebrand. Penyakit ini merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal dominan. Namun, pada kejadian yang sangat jarang penyakit ini diturunkan secara resesif autosomal[3] Sementara ini, terdapat dua kromosom yang berperan dalam penyakit ini yaitu (1) yang terletak di dekat ujung lengan pendek kromosom 12 (2) kromosom 22 yang mengalami duplikasi[7]. Meskipun penyakit ini dikatakan sebagai penyakit keturunan, kemungkinan timbul secara didapat masih ada, yaitu dengan mekanisme autoimun terhadap inhibitor protein von Willebrand[8]

2.2         Epidemiologi

Grafik 1[4]
Di negara-negara barat, penyakit von Willebrand dengan perdarah berat dan mengancam jiwa hanya ditemukan pada kurang dari 5/1 juta orang dan diderita hampir oleh 1% dari populasi[7,8]. Seperti yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya, penyakit ini diturunkan paling banyak secara dominan autosomal yaitu sebanyak 1/100 – 3/100.000 orang. dalam hal ini, tidak semua anak yang mewarisi gen abnormal akan menderita penyakit ini, tetapi hanya 30-40% dari mereka yang memperlihatkan gejala yang nyata. Pada anak yang mewarisi secara resesif autosomal, penyakit ini cenderung asimtomatik hanya menunjukkan faktor von Willebrand yang abnormal pada pemeriksaan[8]
Dilihat dari jenis kelamin, frekuensi pembawa alel mutan faktor von Willebrand  antara laki-laki dan perempuan adalam sama. Namun, perempuan dengan penyakit ini lebih sering menujukkan gejala perdarahan yaitu 2:1. Hal ini dikaitkan dengan perempuan mengalami menstruasi setiap bulannya, mengandung, dan melahirkan[4]. Selain itu, hal ini juga dikaitkan dengan kecenderungan wanita mengalami memar lebih besar dibandingkan laki-laki[7] Pada grafik 1 digambarkan bawha 95% wanita dengan penyakit ini mengalami perdarahan berat saat menstruasi, perdarahan setelah luka ringan sebesar 92%, dan perdarahan berat pada gusi sebesar 76%[4].

2.3         Klasifikasi dan Patogenesis
          Sebelum membahas tentang perjalanan penyakit von Willebrand, sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu tentang faktor von Willebrand. Faktor ini adalah faktor yang sangat penting pada proses hemostasis baik dalam hemostasis primer maupun  sekunder. Secara fisologis, faktor ini merupakan glikopretein multimer dengan berat molekul bermacam-macam yaitu 500 kDa – 10.000 kDa yang terdapat pada sirkulasi dan subendotel[1]. Fungsi terpenting dari faktor ini adalah mengaktivasi sistem koagulasi dengan cara membantu perlekatan trombosit dalam pembuluh darah yang rusak. Saat pembuluh darah mengalami cidera atau trauma, faktor von Willebrand akan teraktivasi dan akan segera mengkat trombosit melalui reseptor glikoprotein Ib dan IIb/IIIa (gambar 1). Selain itu, faktor ini juga berperan sebagai carier faktor VIII dan akan terlepas dari faktor VIII saat faktor VIII diaktivasi oleh trombin dan menjalankan fungsi koagulasinya[3].
          Terkait dengan fungsinya, defisiensi dari faktor ini mengakibatkan terjadinya perdarahan. Patogenesis dari perdarahan akibat penyakit ini dapat dijelaskan melalui klasifikasinya. Penyakit von Willebrand diklasifikasikan menjadi tiga subtipe diantaranya[3,8-9]:



                                                   Gambar 1[3]
1.      Tipe I
     Tipe ini merupakan tipe tersering dari penyakit von Willebrand yaitu 65-85% kasus[9]. Tipe ini ditandai dengan penurunan jumlah dari faktor von Willebrand di dalam sirkulasi. Namun, pada 1,4% keluarga yang  membawa alel von willenvrand, jumlah faktor von Willebrand tetap dalam keadaan normal. Oleh karena itu, tipe ini diklasifikasikan sebagai penyakit von Willebrand yang paling ringan[8].
     Sebagaimna yang telah dipaparkan diatas, salah satu fungsi dari faktor ini adalah menstabilkan faktor VIII sehingga pengurangan dari jumlahnya akan mengakibatkan  penurunan sekunder kuantitas dari faktor VIII[3]. Mutasi yang terjadi pada gen pengkode faktor von Willebrand dalam tipe ini mengakibatkan abnormalitas pada proses transkripsi, proses splicing, kelainan subselular pada proses penargetan, penyimpanan, dan sekresi[9].
2.      Tipe II
          Tipe ini memiliki presentasi kejadian sebesar 20-35%[9]. Tipe ini menunjukkan ciri khas berupa hilangnya multimer faktor von willenbrand dengan berat molekul yang tinggi[3]. Dalam perkembangannya, tipe II penyakit von Willenbrand diklasifikasikan lagi menjadi empat subtipe yaitu tipe IIA, IIB,  IIM, dan IIN[3,8-9].
           Tipe 2A dimana pada tipe  ini terjadi defisiensi yang sangat nyata akibat dari multimer bermolekul tinggi tidak disintesis sama sekali. Akibat dari tidak disintesisnya multimer bermolekul tinggi, multimer yang beredar dalam sirkulasi adalah multimer bermolekul kecil sehingga trombosit tidak dapat berikatan dengan baik[3] dan hanya terjadi proses proteolisis[9].
          Tipe IIB merupakan tipe penyakit von willenbrand yang ditandai dengan meningkatnya afinitas faktor von Willebrand pada trombosit GP1b. Hal ini diakibatkan karena mutasi mengakibatkan perubahan formasi pada bagian faktor von willenbrand  yang akan berikatan dengan reseprot Ib (GPIb) sehingga faktor von willenbrand berikatan dengan reseptor Ib tanpa melekat pada subendotel pembuluh darah. Ketika hal tersebut terjadi, plasma akan membersihkannya dengan cepat. Oleh karena itu, terjadilah defisiensi multimer berberat molekul tinggi (karena memiliki afinitas paling baik dengan trombosit GP1b) dan trombositopenia[9].
          Tipe IIM berdampak pada rusaknya ikatan antara faktor von willenbrand dengan platelet GP1bα yang diakibatkan oleh mutasi dominan A1 faktor von willenbrand[9]. Oleh karena itu, variasi dari penyakit tipe ini sangat bergantung dari jumlah trombosit yang tidak dapat berikatan dengan faktor von Willebrand[8]. Tipe terakhir dari tipe II adalah tipe IIN dimana tipe ini terjadi akibat adanya mutasi pada faktor von Willenbrand yang mengurangi afinitas perlekatan faktor von Willebrand dengan faktor VIII[9].
3.      Tipe III
          Tipe ini merupakan tipe terberat dari penyakit von Willebrand dan relatif jarang terjadi[8] yaitu kurang dari 5%[9]. Mutasi pada VWF yang menyebabkan VWD tipe 3 biasanya merupakan mutasi nonsense atau frameshift karena adanya insersi kecil atau delesi. Dalam tipe ini, mutasi tersebut mengakibatkan pencegahan dari biosintesis dan sekresi dari faktor von willenbrand[9].

2.4         Diagnosis
          Terdapat beberapa hal yang diperlukan untuk mendiagnosis penyakit von Willebrand diantaranya adanya kesesuain yang tinggi dengan manifestasi klinis penyakit dan ketepatan dalam memanfaatkan pemeriksaan laboratorium. Gambaran klinis dari penyakit yang paling sering dijumpai pada pasien adalah perdarahan pada gusi, epistaksis, perdarahan saluran urinaria, darah dalam tinja, mudah memar, dan perdarahan saat menstruasi, dan hemarthrosis, serta perdarahan jaringan dalam tubuh. Untuk pemanfaatan pemeriksaan laboratorium, dugaan penyakit ini harus benar-benar kuat karena pemeriksaan laboratorium dari penyakit ini sangat beragam dan membutuhkan biaya yang cukup besar[8].
          Pada saat anamnesis, riwayat perdarahan harus diperhatikan dengan seksama baik dari diri pasien sendiri maupun dari keluarga. Mengenai hal tersebut, dokter harus mendapatkan data mengenai spontanitas dan keparahan dari perdarahan, tempat dan sumber perdarahan, waktu perdarahan berupa frekuensi, durasi, dan onset, jenis luka yang menyebabkan perdarahan, dan faktor-faktor yang dapat memperberat dan memperingan perdarahan. Selain hal itu, riwayat penggunaan obat-obatan seperti aspirin, NSAID, klopidogrel, warfarin, atau heparin juga harus ditanyakan. Untuk lebih jelasnya, gambar 2 menjelaskan tahap-tahap untuk mengevaluasi pasien dengan dugaan penyakit von Willebrand[10].
          Dari gambar 2 tersebut, jika tiga pertanyaan dan riwayat perdarahan pada keluarga positif maka dilanjutkan dengan pertanyaan sesi dua yang tertera di box. Jika pertanyaan sesi dua terjawab satu atau lebih maka periksaan dapat  dilanjutkan dengan cek laboratorium. Namun sebelum itu, pemeriksaan fisik harus dilakukan[10].  
          Pada pemeriksaan fisik, pemeriksa harus memastikan secara langsung bukti-bukti adanya perdarahan. Dalam hal ini, pemeriksa harus memerhatikan besar sumber perdarahan, lokasi, penyebaran dari ekimosis, ptekie, dan bukti-bukti perdarahan sebelumnya. Selain itu, pemeriksa juga harus memperhatikan kemungkinan penyebab-penyebab lain yang dapat meningkatkan perdarahan seperti, penyakit hati, splenomegali, telangiektasia, perdarahan akibat masalah ginekologi, arthropathy, dan tanda-tanda anemia[10].



Gambar 2[10].

 

          Penegakan diagnosis selanjutnya dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium dari penyakit von Willebrand biasanya merupakan hasil positif dari beberapa hal diantaranya: pemanjangan Bleeding Time (BT); penurunan kadar faktor von Willebrand plasma; penurunan aktivitas biosintesis dengan melihat kadar ristosetin; dan penurunan aktivitas faktor VIII[9]. Jika kita memperhatikan algoritma pemeriksaan laboratorium dari penyakit ini (gambar 3), pemeriksaan laboratorium awal dilakukan untuk mengkonfirmasi kelainan hemostasis. Jika hasil positif, pemeriksaan laboratorium dilanjutkan untuk konfirmasi penyakit von Willebrand[10].
         

                                                                  Gambar 3[10]
          Untuk pemeriksaan hemostasis terkait penyakit von Willebrand, pemeriksaan harus terdiri dari pemeriksaan BT, hitung trombosit, PT, dan APTT[8,10]. Hal yang harus diingat adalah pada penyakit tipe I, hasil pemeriksaan dapat normal terutama hasil hitung trombosit, tetapi jika keadaan penyakit tipe I ini berat maka BT akan memanjang sekitar 15-30 menit. Pada kasus dengan kekurangan faktor von Willebrand, APTT akan memanjang akibat kelainan pada ikatan antara faktor von Willebrand dengan faktor VIII[8]. Jika perdarahan mukokutaneus sangat berat, maka lanjutkan pemeriksaan khusus untuk penyakit von Willebrand[10].

Pemeriksaan laboratoriumm untuk penyakit ini terdiri dari: pemeriksaan aktivitas VIII:C yang dapat dilihat dari kemampuan plasma untuk mengoreksi pemanjangan APTT pada plasma yang kekurangan faktor VIII; menggunakan essay enzyme-like immunosorbent atau immunoassay untuk  menghitung Ag:FVW; menggunakan elektroforesis gel agarosa untuk mengukur bersar molekul multimer faktor von Willebrand. Pengukuran dari multimer faktor von Willebrand ini sangat penting untuk mengetahui tipe dari penyakit pasien karena berkaitan untuk menentukan terapi; aktivitas faktor von Willebrand, hal ini dilakukan dengan agrometer yaitu dengan mencampurkan ristocetin, plasma, dan trombosit normal[8]. Ristosetin dalam hal ini akan mengikat trombosit dan mengakibatkan interaksi antara faktor von Willebrand dan reseptor Ib di membran trombosit sehingga derajat aglutinasi akan menentukan banyaknya plasma sebagai bioassay faktor von Willebrand[3]. Berikut adalah hasil laboratorium dari masing-masing tipe penyakit von Willebrand, tabel 1.
                   

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam interpretasi hasil laboratorium aktivitas faktor von Willenbrand diantaranya: golongan darah tipe ABO; kelainan sistem saraf pusat; adanya inflamasi; dan kehamilan. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan faktor von Willenbrand dalam plasma[8]. Dilihat dari golongan darah, pasien dengan golongan darah tipe ABO memiliki kadar faktor von Willenbrand 25% lebih tinggi dari golongan darah tipe O[10]. Tabel 2 adalah kadar normal faktor von willenbrand dalam plasma berdasarkan golongan darah.
                                     *meningkat dengan aspirin
                                                                        Tabel 1[8]
                  


2.5         Penatalaksanaan
Hal yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana inin adalah ketika pasien datang dengan keadaan perdarahan kritis, jika terjadi hal demikian maka diagnosa pasti dari penyakit von Willebran dapat ditunda. Tatalaksana dalam hal ini disesuaikan dengan hal-hal yang potensial untuk pasien diantaranya: menghentikan obat yang mengakibatkan perdarahan; transfusi trombosit normal dengan melihat keparahan dari perdarahan; memberikan faktor von willebrand secara empiris. Jika diagnosa pasti sudah didapatkan, maka secara umum penatalaksanaan dari pasien dengan diagnosis penyakit von Willebrand terdiri dari tiga hal: pemberian obat-obatan; penggantian faktor von Willebrand; menghindari keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan[8].
Salah satu obat yang dapat diberikan adalah desmopresin. Desmopresin merupakan vasopresin sintetik yang dapat meningkatkan kadar faktor VIII dan faktor von Willenbrand[8,9-11]. Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan menstimulus sekresi faktor von Willebrand oleh sel endotel yang akan segera berdampak pada peningkatan faktor VIII:C di dalam plasma[8]. Efek dari obat ini paling nyata muncul pada 1-2 jam setelah pemberian dan menetap selama 6 jam. Obat ini biasanya diberikan secara intravena dengan dosis 0,3 mikrogram secara infus dala waktu 15-30 menit. Beberapa efek samping dari pennggunaan obat ini diantanya: sakit kepala; mual; flushing; sakit dan pembengkakan pada lokasi penyuntikan; peningkatan tekanan darah ringan sehingga harus hati-hati menggunakan obat ini untuk penderita hipertensi atau penyakit jantung koroner[11].
Indikasi pemberian desmopresin adalah perdarahan ringan sampai sedang akibat penyakit von Willenbrand tipe I[11]. Pada pasien ini, respon yang didapatkan sangat baik yaitu BT pasien memendek dan kadar faktor VIII dan faktor von Willenbrandnya meningkat. Selain itu, pasien dengan tipe IIA dan IIM berespon baik dengan obat ini. Namun tidak seperti pada tipe I, penggunaan pada tipe IIA dan IIM trombosit tidak meningkat sampai kadar normal dan efek dari obat lebih singkat[8].
Pada pasien dengan penyakit von Willebrand tipe 2B, obat ini dikontraindikasikan karena dapat meningkatkan agregasi trombosit sehingga memperparah trombositopenia pada pasien. Obat ini juga tidak berespon pada penyakit tipe III terkait pada tipe ini, faktor von Willebrand yang ada di endotel tidak ada[8,9].
Pada kasus dengan desmopresin yang tidak berdampak dengan adekuat atau dikontaindikasikan, tatalaksana dapat dilakukan dengan penggantian faktor von Willebrand[9].  Penggantian ini dilakukan dengan transfusi plasma segar atau konsentrat plasma yang terkandung kompleks FVW-VIII seperti kriopresipitat[8]. Dalam menggunakan kripresipitat, dosis yang digunakan adalah kurang dari 10% FVW-VIII dan dinaikkan 50-70% untuk pasien dengan perdarahan mayor dan 30-50% untuk perdarahan minor. Dalam prosedur ini, efikasi dan keamanaan dari terapi sangat baik. Selain itu, efek samping juga sangat minimal[9].
Selain terapi yang telah dijelaskan diatas, terdapat beberapa obat lain yang juga berespon baik terhadap penyakit von Willenbrand diantaranya: antihistamin dan steroid; premarine; Epsilon Amnocaproic Acid (EACA); estrogen; IgG intravena. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh dokter adalah edukasi pasien sebagai penatalaksanaan jangka panjang. Edukasi yang harus ada meliputi: pemberhentian penggunaan obat-obatan yang dapat memperpanjang BT; memberitahukan pasien tentang keadaan mereka dengan jelas; membawa atau memakai gelaang peringatan (warning)[8].

III.      PENUTUPAN
3.1  Kesimpulan
     Penyakit von Willebrand adalah penyakit akibat kekurangan faktor von Willebrand yang mnegakibatkan gangguan penggabungan trombosit dan jalur pembekuan yang ditandai dengan perdarahan. Penyakit ini merupakan penyakit herediter yang dialami oleh 1% dari populasi. Diagnosis harus ditegakkan dengan teliti baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium terutama untuk menentukan tipe dari kelainan yang dialami pasien. Tujuan mengetahui tipe kelainan pasien adalah untuk mengetahui terapi yang dapat diberikan misalnya: desmopresin atau transfusi. Selain terapi tersebut, edukasi pasien juga merupakan hal yang penting dilakukan oleh dokter sebagai penatalaksanaan jangka panjang.



DAFTAR PUSTAKA

(1)          Pusparini. Peran Faktor Von Willebrand dalam Hemostasis [internet]. 2011February [cited 12 April 2016]. URL available at:  http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Willebrand.pdf
(2)          Suharti C. Dasar-dasar hemostasis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et.al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. 6th ed.  Jakarta: Interna Publishing; 2014. P. 2751-9
(3)          Aster J. Sistem Hematopoietik dan Limfoid. In: Kumar V, Cotran RS, and Robbins SL. Buku Ajar Patologi. 7th ed. Pendit BU, translator. Jakarta: EGC; 2007. P. 503-4
(4)          Center of desesase control and prevention. Von willebrand desease (VWD) data and statistic [online]. 2015 March 20 [cited 12 April 2016]. URL available at: http://www.cdc.gov/ncbddd/vwd/data.html
(5)          Vederichi AB, Lee CA, Berntorp EE,  Lilicrap D, Montgomery RR. Von Willebrand Desease Basic and Clinical Aspect. UK: Blackwell Publishing Ltd; 2011.
(6)          Hoffbrand AV dan Moss PA. Essential Haematology.  6th edition. UK: Blackwell Publishing Ltd, 2007.
(7)          Pollak ES. Von Willebrand Desease [online]. 2015 Dec 09 [cited 12 April 2016]. URL Available at  http://emedicine.medscape.com/article/206996
(8)          Sugianto. Penyakit Von Willebrand. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et.al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. 6th ed.  Jakarta: Interna Publishing; 2014. P. 2773-7
(9)          Lilicrap D. Von Willebrand Desease: Advances in Pathogenetic Understanding, Diagnosis, and Therapy [online]. 2013 Nov 28 [cited 13 April 2016]. 122 (23). URL available at:  http://www.bloodjournal.org/content/122/23/3735.long?sso-checked=true#T1
(10)      National Institue of Health. The Diagnosis, Evaluation, and Management of Von Willebrand Desease [online].  2016 April 11 [cited 14 April 2016]. URL available at:  http://www.nhlbi.nih.gov/health-pro/guidelines/current/von-willebrand-guidelines/full-report/3-diagnosis-evaluation 
(11)      Rewoto HR. Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik, dan Hemostatik. In: Gunawan dan Sulistia, editors. Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007. P. 518