Sabtu, 13 Juni 2015

Tingkat Pengetahuan Orang Tua dalam Mempengaruhi Cakupan Suplementasi Vitamin A Balita 6-59 Bulan di Indonesia



Tingkat Pengetahuan Orang Tua dalam Mempengaruhi Cakupan Suplementasi Vitamin A Balita 6-59 Bulan di Indonesia
 
                                   
Trigger :
Defisiensi vitamin A merupakan penyebab utama tingginya angka kebutaan di Indonesia. Di Indonesia pemberian suplementasi vitamin A dilakukan pada bulan Februari dan Agustus dengan sasaran anak usia 6-59 bulan. Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5% (2007) menjadi 75,5% (2013). Namun demikian terdapat kesenjangan persentase anak umur 6-59tahun yang menerima kapsul vitamin A selama 6 bulan terakhir; tertinggi di NTB (89,2%) dan terendah di Sumatera Utara (52,3%). Menurut Anda faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kesenjangan pemberian kapsul vitamin A pada berbagai daerah tersebut
Oleh:
ERLY TIBYAN WAHYULY
NIM: H1A014022
Jumlah kata: 1594
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
2015


Tingkat Pengetahuan Orang Tua dalam Mempengaruhi Cakupan Suplementasi Vitamin A Balita 6-59 Bulan di Indonesia.
Dengan berbagai kondisi yang melatarbelakanginya, kekurangan vitamin A dapat diderita oleh siapa saja terutama oleh anak-anak yang bermukim di tempat yang serba kekurangan. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit mata (Xeroftalmia). Keratomalasia merupakan salah satu jenis dari xeroftalmia dimana penyakit ini sering kali diderita oleh balita, terutama mereka yang berumur 6-36 bulan. Semakin muda usia saat terjangkit semakin parah penyakitnya dan angka kematian yang diakibatkan juga semakin tinggi (Arisman, 2010).  Kebutaan akibat kekurangan vitamin A  yang menimpa anak di dunia sampai tahun 1992 telah mencapai  1,5 miliar dan bertambah dari tahun 1995-2005 di Afrika sebanyak 2,55 juta anak, di Amerika 0,36 juta anak, di Asia-Selatan-Timur  1,01 juta anak, di Eropa 0,24 juta anak, di Negara bagian timur 1,2 juta anak, dan di Pasifik Barat 0,26 juta anak sehingga secara global penambahan tersebut mencapai 5,62 juta anak (WHO, 2009).
Sebagai intervensi dari masalah tersebut, hal yang dilakukan global adalah memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala. Suplementasi kapsul vitamin A dengan dosis tinggi ini pada berbagai penelitian telah mampu mencegah xeroftalmia dan mengurangi angka kematian bayi akibat berbagai infeksi yang berujung pada kekurangan vitamin A seperti diare dan campak (Arisman, 2009). Setelah program suplementasi kapsul vitamin A dijalankan, rata-rata mortalitas balita di Negara berkembang berkurang sebesar 23%-24%  (Beoton, et. Al, 1993 dan Wilson, et. Al, 2011). Hal ini juga terbukti dari hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 provinsi di Indonesia, hasil studi menyatakan bahwa prevalensi xeropthalmia pada balita setelah dijalankannya suplementasi kapsul vitamin A berkurang sebesar 0,20% yaitu dari 0,33% pada tahun 1992 menjadi 0,13% pada tahun 2006 (Kemenkes, 2014). Di Indonesia, program ini dilaksanakan secara serentak pada bulan februari dan agustus dengan sasaran bayi, anak balita, dan ibu nifas. Kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (warna biru) untuk bayi, 200.000 IU (warna merah) untuk anak balita dan ibu nifas.
Namun, meskipun suplementasi kapsul vitamin A sudah tidak diragukan lagi, di Indonesia, program ini masih belum berjalan optimal melihat belum meratanya jumlah cakupan balita dan ibu nifas yang menerima suplementasi. Dari profil kesehatan Indonesia tahun 2013 Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi  adalah DI Yogyakarta sebesar 98,88%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,61% dan Bali sebesar 96,79%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 45,92% (Kemenkes, 2014). Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi kesenjangan yang cukup tinggi pada daerah-daerah tersebut, ada daerah yang hampir mencapai 100% tetapi disisi lain masih ada daerah yang cakupannya dibwah 50%. Berdasarkan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang memengaruhi cakupan suplementasi kapsul vitamin A dibagi menjadi faktor pendukung (keterjangkauan pelayanan kesehatan), faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap orang tua), dan faktor penguat (peran kader). Dari berbagai penelitian, pengetahuan dan sikap orang tua sebagai penanggung jawab dari anak memiliki peran yang bermakna dalam mempengaruhi cakupan suplementasi kapsul vitamin A di berbagai daerah. Oleh karena itu, essay ini akan membahas bagaimana peran tingkat pengetahuan orang tua dalam memengaruhi cakupan supelementasi kapsul vitamin A dengan menghubungkan pengaruh tersebut dengan pendidikan di daerah Papua  beserta strategi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan.
Pengetahuan orang tua yang baik meningkatkan cakupan suplementasi kapsul vitamin A
Secara umum,  orang tua sebagai penanggung jawab seorang anak memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Terkait dengan suplementasi kapsul vitamin A pada balita, ada beberapa aspek dari orang tua yang menentukan tinggi atau rendahnya cakupan supelementasi kapsul vitamin A di berbagai daerah. Salah satu yang utama dari aspek tersebut adalah tingkat pengetahuan orang tua/pengasuh mengenai pentingnya vitamin A bagi balita.
Angka cakupan anak dengan orang tua yang memiliki pengetahuan baik tentang pentingnya suplementasi vitamin A lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan orang tua yang kurang mengerti tentang pentingnya suplementasi vitamin A. Dari penelitian yang dilakukan oleh pangaribuan, et al (2002), di daerah terpencil di Indonesia, balita yang mengikuti program suplementasi kapsul vitamin A sebesar 86,4% berasal dari orang tua yang mengerti tentang pentingnya vitamin A pada balita (dalam hal ini orang tua sebagai narasumber dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan baik) dan hanya 13,6% dari orang tua balita yang mengikuti suplementasi vitamin A yang pengetahuan tentang pentingnya vitamin A pada balita kurang baik (dalam hal ini narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan kurang tepat bahkan tidak bisa menjawab). Di daerah perkotaan, anak yang mengikuti program suplementasi vitamin A 62,4% berasal dari orang tua dengan pengetahuan yang baik dan 37% memiliki pengetahuan kurang baik (Grafik-1).
 
Orang tua yang mengerti dan memahami pentingnya vitamin A pada balita akan lebih tergerak untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan tempat pemberian kapsul vitamin A, baik itu posyandu, puskesmas, dan tempat praktek dokter umum. Hal ini dibuktikan dari frekuensi kunjungan orang tua yang memiliki pengetahuan baik, tergolong rutin atau tetap dalam mengikuti program suplementasi kapsul vitamin A dibandingkan dengan orang tua dengan pengetahuan yang kurang baik yang tergolong jarang atau tidak rutin dalam mengikuti program suplementasi kapsul vitamin A (Pangaribuan et, al, 2002).
Terkait hal tersebut, beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya pengetahuan orang tua tentang vitamin A dan program suplementasi kapsul vitamin A  secara langsung berhubungan dengan rendahnya tingkat pendidikan orang tua. Hal ini dibuktikan oleh Semba et al, (2007;2009;2010) yang menyatakan bahwa di Ethiopia, India, dan Bangladesh anak balita dari ibu atau ayah dengan pendidikan 1–3 tahun, 4–6 tahun, 7–9 tahun dan ≥10 tahun lebih tinggi cakupannya dibandingkan dengan anak balita yang ibu atau ayahnya tidak bersekolah. Khususnya di Indonesia (tabel 1), cakupan yang terendah yaitu 47,7% berasal dari kepala keluarga yang tidak tamat SD sedangkan yang tertinggi yaitu 62,6% berasal dari kepala keluarga yang tamat SMA (Sandjaja dan Ridwan, 2012) dan didukung lagi oleh Ridwan (2010) yang menyatakan bahwa balita dengan orang tua yang berpendidikan kurang dari SMP beresiko 1,262 kali tidak mendapatkan kapsul vitamin A dibandingkan dengan balita dengan orang tua yang berpendidikan SMP ke atas.
Demikian pula yang terjadi di Provinsi Papua, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afrianti (2014) melaporkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orang tua mengenai pentingnya asupan vitamin A dengan status gizi anak di Provinsi Papua. Dari profil kesehatan Indonesia 2013, provinsi papua merupakan provinsi dengan cakupan suplementasi kapsul vitamin A terendah di Indonesia yaitu kurang dari 50%. Jika dikaitkan dengan apa yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa rendahnya pengetahuan orang tua diakibatkan oleh rendahnya pendidikan orang tua, hal ini sesuai dengan data penduduk Papua yang berstatus kawin tergolong kedalam penduduk dengan status pendidikan rendah yaitu 82,86% tidak bersekolah (BKKBN, 2012; BPS, 2014). Oleh karena itu, untuk tercapainya pemerataan cakupan program suplementasi kapsul vitamin A, pemerintah harus melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai vitamin A dan program suplementasi kapsul vitamin A.

Pendidikan Gizi di meja 4 posyandu dan diluar meja 4 posyandu sebagai salah satu upaya peningkatan pengetahuan orang tua
       Mengingat sejak tahun 1996, pemberian kapsul vitamin A dintegrasikan kegiatan imunisasi, posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan suplementasi kapsul vitamin A di berbagai daerah (WHO, 1999). Hal ini dapat dilihat dari hasil survei gizi mikro 2006 pada tujuh provinsi di Indonesia. Dengan rata-rata cakupan suplementasi kapsul vitamin A 87%, hampir semua anak balita menerima kapsul vitamin A di Posyandu, hanya sekitar 1% anak balita yang mendapatkan kapsul vitamin A di rumahnya (tabel 2). Hal yang sama juga dilaporakan di Afrika Barat dan Tengah, bahwa ketika program suplementasi kapsul vitamin A ini diintegrasikan dengan kegiatan imunisasi di posyandu, cakupan balita yang menerima suplemen meningkat dari rata-rata 50% pada tahun 2002 menjadi rata-rata 80% pada tahun 2006. Tetapi, husus di wilayah Kenya cakupan menurun hingga 20% karena sejak tahun 2007 tidak diintegrasikan ke dalam kegiatan imunisasi di posyandu (Aguayo, 2007). Oleh karena itu, di daerah-daerah dengan cakupan yang rendah peran posyandu harus benar-benar diperhatikan.
Berkaitan dengan rendahnya pengetahuan orang tua sebagai salah satu faktor rendahnya cakupan suplementasi kapsul vitamin A di beberapa daerah, hal yang perlu ditingkatkan di  posyandu adalah meningkatkan peran meja 4 yaitu meja untuk pendidikan (gambar 1). Terutama di daerah dengan cakupan suplementasi kapsul vitamin A rendah, petugas harus dapat semaksimal mungkin  menerangkan pentingnya pemenuhan gizi terutama mengenai vitamin A dan suplementasi vitamin A (Almatsier, 2010).
 

 


              Gambar 1- 5 meja posyandu (Zakiah, 2014)
            Selain itu, kegiatan penyebarluasan pengetahuan tentang vitamin A dan program vitamin A di luar meja 4 juga harus dimaksimalkan. Kegiatan sosialisasi ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Diantaranya:
1.         Sosialisasi yang bersifat rutin/berkala
Misalnya: menyelenggarakan pelatihan di berbagai daerah, penyebaran informasi yang disisipkan diberbagai kegiatan, mngikutseratakan organisasi masyarakat.
2.         Sosialisasi yang bersifat periodik
Misalnya: beberapa bulan menjelan pemberian kapsul vitamin A memasang spanduk di berbagai tempat yang strategis, menyiarkan di radio/televisi, terutama untuk  mwilayah yang sulit terjangkau, memberikan informasi kepada kepala dusun, tokoh masyarakat dan agama setempat, dan tidak kalah penting sosialisasi pada hari pemberian kapsul vitamin A yaitu pengumuman secara masal misalnya pengumuman dari masjid, gereja, mobil puskesmas keliling, dan sarana-sarana yang dapat digunakan.
Dengan begitu diharapkan masyarakat akan lebih termobilisasi dan berpartisipasi dengan efektif dalam pemberian kapsul vitamin A yang secara langsung akan meningkatkan cakupan dari program tersebut (Depkes, 2009).
            Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa factor pengetahuan orang tua mengenai vitamin A dan supelementasi kapsul vitamin memiliki peran tersendiri dalam mempengaruhi jumlah cakupan suplementasi kapsul vitamin A di berbagai daerah. Cakupan suplementasi kapsul vitamin A pada balita dengan orang tua yang memiliki pengetahuan baik akan lebih tinggi dibandingkan daerah dengan pengetahuan orang tuanya kurang. Namun, hal ini tentu saja dapat ditanggulangi dengan berbagai cara diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai vitamin A dan program suplementasi kapsul vitamin A pada balita baik sebelum maupun pada hari pemberian kapsul vitamin A tersebut  di posyandu, terutama peran meja 4 posyandu dimana posyandu merupakan tombak pembangunan gizi balita di Indonesia.



Daftar Pustaka

Afrianti, W., 2014.  HuStatus Ekonomi Orang tua terhadap Kejadian Stunting pada Anak Sekolah Usia 6-12 Tahun di Provinsi Papua. Abstrak Only. Available at: Perpustakaan Universitas Esa Unggul website <http://digilib.esaunggul.ac.id> [Accessed 28 April 2015]
Aguayo, V.M., Garnier, D., Baker, S.K., 2007. Drops Of Life Vitamin A Supplementation for Child Survival Progress and Lessons Learned in West and Central Africa. [e-book]. Afrika : UNICEF/Giamcomo Pirozzi. Available at: Unicef Library website < http://www.unicef.org>
Arisman, M.B., 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Ed. 2. Jakarta: EGC
Badan Pusat Statistik, 2014. Statistik Indonesia 2014. [e-book]. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Available at: Perpustakaan Badan Pusat Statistik website <http://bps.go.id>  [Accessed 28 April 2015]
Beaton, G.H., et al., 1993.  Effectiveness of vitamin A supplementation in the control of young child morbidity and mortality in developing countries.  Art Series Nutrition. [e-journal] 13. Available at: United Nation University Library <http://archive.unu.edu/unupress/food/8F154e/8F154E04.htm> [Accessed 19 April 2015]
BkkbN, 2012.  Tren Fertilitas dan Keluarga Berencana Berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2006 – 2012 di Provinsi Papua. [pdf]. Available at: <http://www.bkkbn.go.id/Dokumen%20Materi/BAHAN%20RAKERNAS/Factsheet%20Fertiltas%20dan%20Keluarga%20Berencana/Factsheet%20Papbar.pdf> [Accessed 28 April 2015]
Departemen Kesehatan RI., 2009. Panduan Manajemen Suplementasi Kapsul Vitamin A. [e-book]. Jakarta : Micronutrient Initiative. Available at: Perpustakaan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia website <http://www.depkes.go.id> [Accessed 19 April 2015]
Herman, S. 2007. 2007.  Masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan Prosper Penanggulangannya. Media Litbang Kesehatan. [e-journal] 17(4). Available at: Perpustakaan Litbangkes Kemenkes RI website <http://ejournal.litbang.depkes.go.id/> [Accessed 22 April 2015]
Hidayat, K dan Widjanarko, P. 2008. Reinventing Indonesia Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa. Jakarta: Mizan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil kesehatan Indonesia 2013. [e-book] Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available at:  Perpustakaan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia website <http://www.depkes.go.id> [Accessed 19 April 2015]
Pangaribuan, R., et al., 2002. Vitamin A capsule distribution to control vitamin A deficiency in Indonesia: effect of supplementation in pre-school children and compliance with the programme. Public Health Nutrition, [e-journal] 6 (2), pp. 209-216. Available at: Cambridge Journal Library website < http://journals.cambridge.org/> [Accessed 19 April 2015]
Ridwan, E., 2013. Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A dalam Hubungannya dengan Karakteristik Rumah Tangga dan Akses Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita di Indonesia Analisis Data Riskesdes 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. [e-buletin] 16(1). Available at: Perpustakaan Litbangkes Kemenkes RI website <http://ejournal.litbang.depkes.go.id/> [Accessed 19 April 2015]
Sandjaja dan Ridwan E., 2012. Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A pada Ibu Masa Nifas dan Faktor-faktor yang Memengaruhi di Indonesia Analisis Data Riskesdes 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. [e-buletin] 15(1). Available at: Perpustakaan Litbangkes Kemenkes RI website <http://ejournal.litbang.depkes.go.id/> [Accessed 19 April 2015]
Semba, R.D., et al., 2007. Coverage of the national vitamin A program in Ethiopia. J. Top. Pediatrics, [e-journal] 54(2), pp. 141-144. Available at: The U. S. National Institute of Health’s National Library website <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/> [Accessed 21 April 2015]
Semba, R.D., et al., 2010. Coverage of Vitamin A Capsule Programme in Bangladesh and Risk Factors Associated with Non-receipt of Vitamin A. Jurnal Health Popular Nutrition, [e-jurnal] 28(2), pp. 143-148. Available at: The U. S. National Institute of Health’s National Library website <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/> [Accessed 21 April 2015]
Semba, R.D., et al., 2009. The Role of Expanded Coverage of the National Vitamin A Program in Preventing Morbidity and Mortality among Preschool Children in India [pdf]. Available at: http://jn.nutrition.org/content/early/2009/11/25/jn.109.110700.full.pdf [Accessed 21 April 2015]
Wilson, E.M., et al., 2011. Vitamin A supplements for mortality, illness, and blinding in children ageed under 5. Systemic Review and Meta-analysi, [e-journal] 343: d53094. Available at: The BMJ Library website <http://www.bmj.com/thebmj> [Accessed 19 April 2015]
World Health Organization, 2009. Global Prevalence of vitamin A deficiency in population at risk 1995-2005 WHO Global Database on Vitamin A Deficiency, [e-book] Geneva: World Health Organization. Available at: WHO Library website <http://www.who.int/>  [Accessed 19 April 2015]
World Health Organization, 1999. Distribution of vitamin A during national immunization days, [e-book] Geneva: World Health Organization. Available at: WHO Library website <http://www.who.int/>  [Accessed 28 April 2015]
Zakiah, 2014., Pembinaan Kader Posyandu Lengkap. [Image online]. Available at: <http://www.slideshare.net/mobile/dr_Qiqi/pembinaan-kader-posyandu-lengkapzakiah> [Accessed 28 April 201]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar