Tingkat Pengetahuan
Orang Tua dalam Mempengaruhi Cakupan Suplementasi Vitamin A Balita 6-59 Bulan
di Indonesia
Trigger
:
Defisiensi
vitamin A merupakan penyebab utama tingginya angka kebutaan di Indonesia. Di Indonesia
pemberian suplementasi vitamin A dilakukan pada bulan Februari dan Agustus
dengan sasaran anak usia 6-59 bulan. Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari
71,5% (2007) menjadi 75,5% (2013). Namun demikian terdapat kesenjangan
persentase anak umur 6-59tahun yang menerima kapsul vitamin A selama 6 bulan
terakhir; tertinggi di NTB (89,2%) dan terendah di Sumatera Utara (52,3%).
Menurut Anda faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kesenjangan
pemberian kapsul vitamin A pada berbagai daerah tersebut
Oleh:
ERLY TIBYAN WAHYULY
NIM:
H1A014022
Jumlah kata:
1594
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
2015
Tingkat
Pengetahuan Orang Tua dalam Mempengaruhi
Cakupan Suplementasi Vitamin A Balita 6-59
Bulan di Indonesia.
Dengan
berbagai kondisi yang melatarbelakanginya, kekurangan vitamin A dapat diderita
oleh siapa saja terutama oleh anak-anak yang bermukim di tempat yang serba
kekurangan. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit
mata (Xeroftalmia). Keratomalasia merupakan salah satu jenis dari xeroftalmia
dimana penyakit ini sering kali diderita oleh balita, terutama mereka yang
berumur 6-36 bulan. Semakin muda usia saat terjangkit semakin parah penyakitnya
dan angka kematian yang diakibatkan juga semakin tinggi (Arisman, 2010). Kebutaan akibat kekurangan vitamin A yang menimpa anak di dunia sampai tahun 1992
telah mencapai 1,5 miliar dan bertambah
dari tahun 1995-2005 di Afrika sebanyak 2,55 juta anak, di Amerika 0,36 juta
anak, di Asia-Selatan-Timur 1,01 juta anak, di Eropa 0,24 juta anak, di
Negara bagian timur 1,2 juta anak, dan di Pasifik Barat 0,26 juta anak sehingga secara global penambahan tersebut mencapai 5,62
juta anak (WHO, 2009).
Sebagai intervensi dari masalah tersebut, hal yang
dilakukan global adalah memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi secara
berkala. Suplementasi kapsul vitamin A dengan dosis tinggi ini pada berbagai
penelitian telah mampu mencegah xeroftalmia dan mengurangi angka kematian bayi
akibat berbagai infeksi yang berujung pada kekurangan vitamin A seperti diare
dan campak (Arisman, 2009). Setelah program
suplementasi kapsul vitamin A dijalankan, rata-rata mortalitas balita di Negara
berkembang berkurang sebesar 23%-24% (Beoton, et. Al, 1993 dan Wilson, et. Al,
2011). Hal ini juga terbukti dari hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota
pada 10 provinsi di Indonesia, hasil studi menyatakan bahwa prevalensi xeropthalmia
pada balita setelah dijalankannya suplementasi kapsul vitamin A berkurang sebesar
0,20% yaitu dari 0,33% pada tahun 1992 menjadi 0,13% pada tahun 2006 (Kemenkes,
2014). Di Indonesia, program ini dilaksanakan secara serentak
pada bulan februari dan agustus dengan sasaran bayi, anak balita, dan ibu
nifas. Kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (warna biru) untuk bayi, 200.000 IU (warna
merah) untuk anak balita dan ibu nifas.
Namun,
meskipun suplementasi kapsul vitamin A sudah tidak diragukan lagi, di
Indonesia, program ini masih belum berjalan optimal melihat belum meratanya
jumlah cakupan balita dan ibu nifas yang menerima suplementasi. Dari profil
kesehatan Indonesia tahun 2013 Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A
tertinggi adalah DI Yogyakarta sebesar
98,88%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,61% dan Bali sebesar 96,79%. Sedangkan
cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 45,92% (Kemenkes, 2014). Dari
data tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi kesenjangan yang cukup tinggi pada
daerah-daerah tersebut, ada daerah yang hampir mencapai 100% tetapi disisi lain
masih ada daerah yang cakupannya dibwah 50%. Berdasarkan teori Lawrence Green
dalam Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang memengaruhi cakupan suplementasi
kapsul vitamin A dibagi menjadi faktor pendukung (keterjangkauan pelayanan
kesehatan), faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap orang tua), dan faktor
penguat (peran kader). Dari berbagai penelitian, pengetahuan dan sikap orang
tua sebagai penanggung jawab dari anak memiliki peran yang bermakna dalam
mempengaruhi cakupan suplementasi kapsul vitamin A di berbagai daerah. Oleh
karena itu, essay ini akan membahas bagaimana peran tingkat pengetahuan orang
tua dalam memengaruhi cakupan supelementasi kapsul vitamin A dengan
menghubungkan pengaruh tersebut dengan pendidikan di daerah Papua beserta strategi untuk mengatasi masalah yang
ditimbulkan.
Pengetahuan orang tua yang baik meningkatkan cakupan
suplementasi kapsul vitamin A
Secara
umum, orang tua sebagai penanggung jawab
seorang anak memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anaknya. Terkait dengan suplementasi kapsul vitamin A pada balita, ada beberapa
aspek dari orang tua yang menentukan tinggi atau rendahnya cakupan
supelementasi kapsul vitamin A di berbagai daerah. Salah satu yang utama dari
aspek tersebut adalah tingkat pengetahuan orang tua/pengasuh mengenai
pentingnya vitamin A bagi balita.
Angka
cakupan anak dengan orang tua yang memiliki pengetahuan baik tentang pentingnya
suplementasi vitamin A lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan orang tua
yang kurang mengerti tentang pentingnya suplementasi vitamin A. Dari penelitian
yang dilakukan oleh pangaribuan, et al (2002), di daerah terpencil di
Indonesia, balita yang mengikuti program suplementasi kapsul vitamin A sebesar
86,4% berasal dari orang tua yang mengerti tentang pentingnya vitamin A pada
balita (dalam hal ini orang tua sebagai narasumber dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan baik) dan hanya 13,6% dari orang
tua balita yang mengikuti suplementasi vitamin A yang pengetahuan tentang pentingnya
vitamin A pada balita kurang baik (dalam hal ini narasumber menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan kurang tepat bahkan tidak bisa
menjawab). Di daerah perkotaan, anak yang mengikuti program suplementasi
vitamin A 62,4% berasal dari orang tua dengan pengetahuan yang baik dan 37% memiliki
pengetahuan kurang baik (Grafik-1).
Orang
tua yang mengerti dan memahami pentingnya vitamin A pada balita akan lebih
tergerak untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan tempat pemberian kapsul
vitamin A, baik itu posyandu, puskesmas, dan tempat praktek dokter umum. Hal
ini dibuktikan dari frekuensi kunjungan orang tua yang memiliki pengetahuan
baik, tergolong rutin atau tetap dalam mengikuti program suplementasi kapsul
vitamin A dibandingkan dengan orang tua dengan pengetahuan yang kurang baik
yang tergolong jarang atau tidak rutin dalam mengikuti program suplementasi
kapsul vitamin A (Pangaribuan et, al, 2002).
Terkait
hal tersebut, beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya pengetahuan orang
tua tentang vitamin A dan program suplementasi kapsul vitamin A secara langsung berhubungan dengan rendahnya
tingkat pendidikan orang tua. Hal ini dibuktikan oleh Semba et al, (2007;2009;2010)
yang menyatakan bahwa di Ethiopia, India, dan Bangladesh anak balita dari ibu atau ayah
dengan pendidikan 1–3 tahun, 4–6 tahun, 7–9 tahun dan ≥10 tahun lebih tinggi
cakupannya dibandingkan dengan anak balita yang ibu atau ayahnya tidak
bersekolah. Khususnya di Indonesia (tabel 1), cakupan yang terendah yaitu 47,7%
berasal dari kepala keluarga yang tidak tamat SD sedangkan yang tertinggi yaitu
62,6% berasal dari kepala keluarga yang tamat SMA (Sandjaja dan Ridwan,
2012) dan didukung lagi oleh Ridwan (2010) yang menyatakan bahwa balita dengan
orang tua yang berpendidikan kurang dari SMP beresiko 1,262 kali tidak
mendapatkan kapsul vitamin A dibandingkan dengan balita dengan orang tua yang berpendidikan
SMP ke atas.
Demikian
pula yang terjadi di Provinsi
Papua, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afrianti (2014) melaporkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan orang tua mengenai pentingnya asupan vitamin A
dengan status gizi anak di Provinsi Papua. Dari profil kesehatan Indonesia
2013, provinsi papua merupakan provinsi dengan cakupan suplementasi kapsul
vitamin A terendah di Indonesia yaitu kurang dari 50%. Jika dikaitkan dengan
apa yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa rendahnya pengetahuan orang tua
diakibatkan oleh rendahnya pendidikan orang tua, hal ini sesuai dengan data
penduduk Papua yang berstatus kawin tergolong kedalam penduduk dengan status
pendidikan rendah yaitu 82,86% tidak bersekolah (BKKBN, 2012; BPS, 2014). Oleh
karena itu, untuk tercapainya pemerataan cakupan program suplementasi kapsul
vitamin A, pemerintah harus melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai vitamin A dan program suplementasi
kapsul vitamin A.
Pendidikan
Gizi di meja 4 posyandu dan diluar meja 4 posyandu sebagai salah satu upaya
peningkatan pengetahuan orang tua
Mengingat sejak tahun
1996, pemberian kapsul vitamin A dintegrasikan kegiatan imunisasi, posyandu
memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan suplementasi kapsul
vitamin A di berbagai daerah (WHO, 1999). Hal ini dapat dilihat dari hasil
survei gizi mikro 2006 pada tujuh provinsi di Indonesia. Dengan rata-rata
cakupan suplementasi kapsul vitamin A 87%, hampir semua anak balita menerima
kapsul vitamin A di Posyandu, hanya sekitar 1% anak balita yang mendapatkan
kapsul vitamin A di rumahnya (tabel 2). Hal yang sama juga dilaporakan di
Afrika Barat
dan Tengah,
bahwa ketika program suplementasi kapsul vitamin A ini diintegrasikan dengan
kegiatan imunisasi di posyandu, cakupan balita yang menerima suplemen meningkat
dari rata-rata 50% pada tahun 2002 menjadi rata-rata 80% pada tahun 2006.
Tetapi, husus di wilayah Kenya cakupan menurun hingga 20% karena sejak tahun
2007 tidak diintegrasikan ke dalam kegiatan imunisasi di posyandu (Aguayo,
2007). Oleh karena itu, di daerah-daerah dengan cakupan yang rendah peran
posyandu harus benar-benar diperhatikan.
Berkaitan dengan
rendahnya pengetahuan orang tua sebagai salah satu faktor rendahnya cakupan
suplementasi kapsul vitamin A di beberapa daerah, hal yang perlu ditingkatkan di posyandu adalah meningkatkan peran meja 4
yaitu meja untuk pendidikan (gambar
1). Terutama di daerah dengan cakupan suplementasi kapsul vitamin A rendah, petugas harus dapat
semaksimal mungkin menerangkan
pentingnya pemenuhan gizi terutama mengenai vitamin A dan suplementasi vitamin
A (Almatsier, 2010).
Gambar 1- 5 meja posyandu (Zakiah, 2014)
Selain itu,
kegiatan penyebarluasan pengetahuan tentang vitamin A dan program vitamin A di luar meja 4 juga harus
dimaksimalkan. Kegiatan sosialisasi ini dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara. Diantaranya:
1.
Sosialisasi yang bersifat rutin/berkala
Misalnya: menyelenggarakan pelatihan di berbagai daerah, penyebaran
informasi yang disisipkan diberbagai kegiatan, mngikutseratakan organisasi
masyarakat.
2.
Sosialisasi yang bersifat periodik
Misalnya: beberapa bulan menjelan pemberian kapsul vitamin A memasang
spanduk di berbagai tempat yang strategis, menyiarkan di radio/televisi,
terutama untuk mwilayah yang sulit
terjangkau, memberikan informasi kepada kepala dusun, tokoh masyarakat dan
agama setempat, dan tidak kalah penting sosialisasi pada hari pemberian kapsul
vitamin A yaitu pengumuman secara masal misalnya pengumuman dari masjid,
gereja, mobil puskesmas keliling, dan sarana-sarana yang dapat digunakan.
Dengan begitu diharapkan masyarakat akan lebih
termobilisasi dan berpartisipasi dengan efektif dalam pemberian kapsul vitamin
A yang secara langsung akan meningkatkan cakupan dari program tersebut (Depkes,
2009).
Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa factor pengetahuan orang tua mengenai vitamin A dan
supelementasi kapsul vitamin memiliki peran tersendiri dalam mempengaruhi jumlah
cakupan suplementasi kapsul vitamin A di berbagai daerah. Cakupan suplementasi
kapsul vitamin A pada balita dengan orang tua yang memiliki pengetahuan baik
akan lebih tinggi dibandingkan daerah dengan pengetahuan orang tuanya kurang.
Namun, hal ini tentu saja dapat ditanggulangi dengan berbagai cara diantaranya dengan meningkatkan
pengetahuan orang tua mengenai
vitamin A dan program suplementasi kapsul vitamin A pada balita baik
sebelum maupun pada hari pemberian kapsul vitamin A tersebut di posyandu, terutama peran meja 4 posyandu dimana posyandu
merupakan tombak pembangunan gizi balita di Indonesia.
Daftar Pustaka
Afrianti,
W., 2014. HuStatus Ekonomi Orang tua terhadap Kejadian Stunting pada Anak
Sekolah Usia 6-12 Tahun di Provinsi Papua. Abstrak Only. Available at:
Perpustakaan Universitas Esa Unggul website <http://digilib.esaunggul.ac.id> [Accessed 28
April 2015]
Aguayo,
V.M., Garnier, D., Baker, S.K., 2007. Drops Of Life Vitamin A Supplementation
for Child Survival Progress and Lessons Learned in West and Central Africa.
[e-book]. Afrika : UNICEF/Giamcomo Pirozzi. Available at: Unicef Library
website < http://www.unicef.org>
Arisman, M.B., 2009. Buku
Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Ed. 2. Jakarta: EGC
Badan
Pusat Statistik, 2014. Statistik
Indonesia 2014. [e-book]. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Available at:
Perpustakaan Badan Pusat Statistik website <http://bps.go.id> [Accessed 28 April 2015]
Beaton,
G.H., et al., 1993. Effectiveness of vitamin A
supplementation in the control of young child morbidity and mortality in
developing countries. Art Series
Nutrition. [e-journal] 13. Available at: United Nation University Library <http://archive.unu.edu/unupress/food/8F154e/8F154E04.htm> [Accessed 19 April
2015]
BkkbN, 2012. Tren Fertilitas dan Keluarga Berencana Berdasarkan
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2006 – 2012 di Provinsi Papua. [pdf]. Available at: <http://www.bkkbn.go.id/Dokumen%20Materi/BAHAN%20RAKERNAS/Factsheet%20Fertiltas%20dan%20Keluarga%20Berencana/Factsheet%20Papbar.pdf> [Accessed 28 April 2015]
Departemen
Kesehatan RI., 2009. Panduan Manajemen Suplementasi Kapsul Vitamin A. [e-book].
Jakarta : Micronutrient Initiative. Available at: Perpustakaan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia website <http://www.depkes.go.id> [Accessed 19 April
2015]
Herman,
S. 2007. 2007. Masalah Kurang Vitamin A
(KVA) dan Prosper Penanggulangannya. Media
Litbang Kesehatan. [e-journal] 17(4). Available at: Perpustakaan Litbangkes
Kemenkes RI website <http://ejournal.litbang.depkes.go.id/>
[Accessed 22 April 2015]
Hidayat,
K dan Widjanarko, P. 2008. Reinventing
Indonesia Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa. Jakarta: Mizan
Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil
kesehatan Indonesia 2013. [e-book] Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Available at: Perpustakaan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia website <http://www.depkes.go.id>
[Accessed 19 April 2015]
Pangaribuan,
R., et al., 2002. Vitamin A capsule distribution to control vitamin A
deficiency in Indonesia: effect of supplementation in pre-school children and
compliance with the programme. Public
Health Nutrition, [e-journal] 6 (2), pp. 209-216. Available at: Cambridge
Journal Library website < http://journals.cambridge.org/>
[Accessed 19 April 2015]
Ridwan,
E., 2013. Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A dalam Hubungannya dengan
Karakteristik Rumah Tangga dan Akses Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita di
Indonesia Analisis Data Riskesdes 2010.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. [e-buletin]
16(1). Available at: Perpustakaan Litbangkes Kemenkes RI website <http://ejournal.litbang.depkes.go.id/>
[Accessed 19 April 2015]
Sandjaja
dan Ridwan E., 2012. Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A pada Ibu Masa Nifas
dan Faktor-faktor yang Memengaruhi di Indonesia Analisis Data Riskesdes 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. [e-buletin]
15(1). Available at: Perpustakaan Litbangkes Kemenkes RI website <http://ejournal.litbang.depkes.go.id/>
[Accessed 19 April 2015]
Semba,
R.D., et al., 2007. Coverage of the national vitamin A program in Ethiopia. J. Top. Pediatrics, [e-journal] 54(2),
pp. 141-144. Available at: The U. S. National Institute of Health’s National Library
website <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/>
[Accessed 21 April 2015]
Semba,
R.D., et al., 2010. Coverage of Vitamin
A Capsule Programme in Bangladesh and Risk Factors Associated with Non-receipt
of Vitamin A. Jurnal Health Popular
Nutrition, [e-jurnal] 28(2), pp. 143-148. Available at: The U. S.
National Institute of Health’s National Library website <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/>
[Accessed 21 April 2015]
Semba,
R.D., et al., 2009. The Role of Expanded
Coverage of the National Vitamin A Program in Preventing Morbidity and
Mortality among Preschool Children in India [pdf]. Available at: http://jn.nutrition.org/content/early/2009/11/25/jn.109.110700.full.pdf
[Accessed 21 April 2015]
Wilson,
E.M., et al., 2011. Vitamin A supplements for mortality, illness, and blinding
in children ageed under 5. Systemic
Review and Meta-analysi, [e-journal] 343: d53094. Available at: The BMJ
Library website <http://www.bmj.com/thebmj>
[Accessed 19 April 2015]
World
Health Organization, 2009. Global
Prevalence of vitamin A deficiency in population at risk 1995-2005 WHO Global
Database on Vitamin A Deficiency, [e-book] Geneva: World Health
Organization. Available at: WHO Library website <http://www.who.int/>
[Accessed 19 April
2015]
World
Health Organization, 1999. Distribution of vitamin A during national
immunization days, [e-book] Geneva:
World Health Organization. Available at: WHO Library website <http://www.who.int/>
[Accessed 28 April 2015]
Zakiah, 2014., Pembinaan
Kader Posyandu Lengkap. [Image online]. Available at: <http://www.slideshare.net/mobile/dr_Qiqi/pembinaan-kader-posyandu-lengkapzakiah> [Accessed 28 April 201]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar